Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membantu manusia dalam mendeteksi secara lebih dini kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam. Tanda-tanda bencana harus diinformasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Negara Indonesia yang terletak pada batas sesar lempeng sehingga rawan terjadinya gempa dan gunung meletus. Bencana demi bencana terus terjadi sehingga kita semua harus benar-benar waspada dan siap siaga menghadapi berbagai kemungkinan bencana yang akan terjadi. Oleh sebab itu semua warga masyarakat yang memahami tentang tanda-tanda bencana alam harus melakukan sosialisasi kepada lingkungan sekitar dia berada. Membuat rencana sosialisasi tanda-tanda bencana alam, meliputi:
1. Persiapan sosialisasi
Pada tahap ini merupakan tahap persiapan secara teknis hal-hal yang akan dibutuhkan dan akan dilakukan sebelum atau pada saat sosialisasi. Segala persiapan alat-alat, media, pembicara, dan teknis pelasanaan sosialisasi.
2. Penentuan Kerjasama
Tahap kedua adalah menyusun rencana kerjasama dengan pihak lain, jika memang dibutuhkan dan akan ada kerjasama. Kerjasama harus dipertimbangkan secar matang dan harus ditentukan pihak lembaga mana yang akan diajak kerjasama. Artinya lembaga tersebut benar-benar merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang sosialisasi tanda-tanda bencana alam dan penanganan bencana alam, sehingga materinya benar-benar tepat dan sesuai sasaran.
3. Materi sosialisasi yang akan diberikan
Materi yang disosialisasikan harus direncanakan benar-benar, yakni yang sesuai dengan kebutuhan, dan merupakan informasi terkini dan penting untuk menghadapi kemungkinan bencana dalam waktu dekat. Karena sosialsasi yang tidak tepat materinya atau kebutuhan dari masyarakat sulit dipahami dan akan sia-sia. Misalnya masyarkat yang tinggal di Bogor, Cianjur atau Bandung mungkin tidak tepat kalau kita memberikan materi sosialisasi tentang tsunami. Hal ini karena masyarakat tersebut jauh dengan laut, dan akan tepat kalau materi yang disosialisasikan tentang bencana gunung api dan longsor.
4. Menentukan masyarakat yang akan diberikan sosialisasi
Setelah menentukan apa yang akan kita sosialisasikan, maka langkah berikutnya adalah menentukan masyarakat mana yang akan diberikan sosialisasi. Kita harus memahami benar karakter masyarakatnya, budaya dan adat istidat yang mereka anut. Hal ini penting kkarena dalam memberikan sosialisasi kita akan lebih mudah dan komunikatif apabila kita dapat diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat tersebut.
5. Bentuk sosialisasi apa yang akan diberikan
Bentuk sosialisasi yang diberikan mencakup penyampaian, cara-cara, media dan praktik yang akan disimulasikan. Segala bentuk sosialisasi yang terpenting adalah cocok dengan audien/masyarakat, tepat sasaran dan berasas manfaat.
6. Menentukan tempat dan waktu sosialisasi
Tempat dan waktu sosialisasi dipilih berdasarkan kemungkinan bencana apa yang akan terjadi dan lokasinya dimana. Misalnya, merencanakan akan melakukan sosialisasi tentang bencana gunung meletus, maka tempat yyamg dipilih adalah daerah-daerah dilereng/dekat dengan gunung berapi. Sosialisasi tentang tsunami maka tempat yang diplih adalah daerah-daerah di sekitar pantai.
B. Sosialisasi tanda-tanda bencana alam dan penanggulangannya
Dalam mensosialisasi tanda-tanda bencana alam yang harus diperhatikan adalah:
1. Membuat rencana sosialisasi
Pada pelajaran sebelumnya kita sudah memahami proses membuat rencana sosialisasi tanda-tanda bencana alam. Rencana sosialisasi tersebut perlu dibuat secara matang agar dalam pelaksanaan sosialisasi dapat berjalan lancar dan membawa manfaat yang maksimal bagi masyarakat.
2. Membentuk tim yang akan melakukan sosialisasi
Pembentukan tim merpakan susunan kepanitiaan yang dilengkapi dengan pembagian tugas untuk memersiapkan dan melakukan sosialisasi. Apabila dalam sosialisasi ada kerjasama dengan lembaga lain, maka susunan tim sosialisasi terdiri dari dua unsur secara seimbang.
3. Membuat atau menciptakan suasana sosialiasasi semenarik mungkin
Pelaksanaan sosialisasii di buat semenarik mungkin, dengan melakukan semulasi-simulasi. Tujuannya adalah peserta tidak bosan, dapat cepat memahami, dan benar-benar merasakan penting atau bermanfaat materi yang diberikan. Penyampaian yang monoton membuat jenuh, akibatnya pendengar bosan dan masa bodoh dengan berbagai informasi yang sebenarnya penting.
4. Membuat ajakan kepada masyarakat untuk mengikuti sosialisasi
Ajakan kepada khalayak merupakan tahapan penting dalam sosialisasi. Karena peserta adalah tujuan dari sosialisasi yang dilakukan. Ajakan dapat disampikan secara lisan, melalui pengumuman di mushola atau surau, di tempat-tempat yang strategis, melalui poster, pamflet,atau undangan.
5. Menyampaikan sosialisasi dengan sesederhana mungkin
Penyampaian sosialisasi selain harus menarik juga harus sesederhana mungkin, tidak berbelit-belit, dan mudah dipahami.
6. Keseluruhan acara sosialisasi interaktif dan komunikatif
Sosialisasi dilaksanakan secara interaktif dan komuniikatif, artinya melibatkan peserta dalam berbagai kegiatan praktik atau simulasi. Seakan-akan peserta mengalami langsung kejadian-kejadian bencana dan melakukan langkah-langkah yang tepat sesuai dengan petunjuk penanggulangan bencana alam. Dengan demikian peserta akan benar-benar emmahami materi yang disampaikan dan dapat mempraktikkannya.
Dalam melaksanakan sosialisasi dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu:
1. Jalur formal
Pelaksanaan sosialisasi tanda-tanda bencana alam melalui jalur formal dapat dilakukan melalui:
a. Pendidikan/sekolah
Jalur pendidikan atau sekolah merupakan jalur yang strategis untuk memberikan sosialisasi tentang tanda-tanda bencana alam. Materi-materi tentang tanda-tanda bencana diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan atau menjadi mata pelajaran tersendiri sesuai dengan jenjang persekolahan. Bahasan materinya cukup sederhana tidak terlalu komplek, yang penting anak memahami tindakan konkret yang harus dilakukan ketika menghadap bencana alam. Peserta didik mampu mengenali tanda-tanda bencana alam, dan memahami stuasi daerahnya secara fisik sosial budaya maupun politik. Hal ini penting sebagai bekal mereka ketika ada di dalam masyarakat. Contohnya, tanda-tanda gunung akan meletus, tindakan yang harus dilakukan menghadapi gunung akan meletus, tindakan setelah terjadi letusan, membantu masyarakat sekitar untuk menginformsikan tanda-tanda tersebut. Dengan demikian setiap pelajar mempunyai peran untuk menanggulangi jumlah korban jiwa yang besar akibat bencana.
b. Instansi pemerintah yang terkait
Instansi pemerintah, seperti Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) maupun Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana geologi (DVMBG) sebagai instansi yang profesional dalam bidang bencana alam dapat memberikan pelatihan dan training kepada guru-guru, tokoh masyarakat secara berkala. Dengan bekal pengetahuan tersebut meraka dapat berperan dalam penanggulangan bencana alam.
2. Jalur nonformal
Sosialisasi tanda-tanda bencana melalui jalur nonformal antara lain:
a. Melalui penyuluhan dan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung,melalui media radio, televisi, dan pemasangan poster, pamflet di tempat tempat yang strategis.
b. Di wilayah-wilayah yang rawan bencana, selalu dipasang metode praktis dalam menghadapi bencana. Petunjuk tersebut berisi tentang tanda-tanda bencana, cara melakukan evakuasi dalam kkondisi darurat.
c. Pemasangan rambu-rambu yang dapat dijangkau oleh seluruh penduduk di daerah rawan bencana, Sehingga tidak ada warga yang tidak mendapat informasi tanda-tanda bencana.
d. Pembangunan di beberapa tempat sebagai penampungan evakuasi di daerah yang dekat dengan daerah rawan bencana tetapi keamanannya terjamin.
e. Melalui simulasi prosedur mitigasi (penanggulangan) bencana yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
Saturday, April 4, 2009
Wednesday, April 1, 2009
buku
Sel ® jaringan ® organ ® sistem organ ® individu
Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke (1665) dalam bentuk sel mati dari sayatan gabus. Sejak saat itu, beberapa teori tentang sel berkembang sebagai berikut.
1. Schleiden dan Schwann (1830)
Sel merupakan kesatuan strukturil suatu organisme.
2. Robert Brown (1831)
Menemukan bahwa inti sel (nukleus) yang merupakan struktur penting dari sel.
3. Felix Durjadin (1835)
Bagian yang berperan dalam kehidupan sel adalah cairan (plasma) sel.
4. Johanes Purkinje (1869)
Cairan di dalam sel hidup yang merupakan bahan-bahan embrional di dalam telur disebut protoplasma.
Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke (1665) dalam bentuk sel mati dari sayatan gabus. Sejak saat itu, beberapa teori tentang sel berkembang sebagai berikut.
1. Schleiden dan Schwann (1830)
Sel merupakan kesatuan strukturil suatu organisme.
2. Robert Brown (1831)
Menemukan bahwa inti sel (nukleus) yang merupakan struktur penting dari sel.
3. Felix Durjadin (1835)
Bagian yang berperan dalam kehidupan sel adalah cairan (plasma) sel.
4. Johanes Purkinje (1869)
Cairan di dalam sel hidup yang merupakan bahan-bahan embrional di dalam telur disebut protoplasma.
Subscribe to:
Posts (Atom)